Assalamu'alaikum waroh matullahi wabarokatuh saudara sekalian

Sahabat Ikhwan & Akhwat

Kamis, 21 Juni 2012

Masih Adakah Empati Dalam Diri Kita


Dalam rimba modernitas sekarang ini, empati merupakan barang mahal yang cukup sulit didapat. Empati bukan hanya sekedar ikut merasakan, tetapi juga berbuat dengan tindakan nyata. Di dalam tataran praktis hal ini cukup sulit untuk dilakukan, karena, manusia-manusia modern terkurung oleh egonya.

Tidak mengherankan jika modernitas selalu penuh dengan parade depresi dan anomali. Kehidupan modern hampir identik dengan kehidupan yang tidak memiliki arah. Hilangnya empati merupakan malapetaka besar bagi kehidupan manusia. Hilangnya empati berarti hilangnya kontak bathin antara jiwa-jiwa yang hidup. Dan jika dia (baca: jiwa) tidak lagi hidup, kita tidak bisa mengatakan lain kecuali kematian. Nabi Muhammad pernah bersabda :

"Bukan termasuk golonganku orang yang tidak mempedulikan urusan saudaranya sesama muslim".

Atau lebih jauh lagi "laa yu'minu ahadukum, hattaa yuhibbuu lii akhiih maa yuhibbu lii nafsihi", yang jika diartikan secara radikal berarti : solidaritas yang didasarkan atas empati dan kecintaan merupakan fondasi dari keimanan itu sendiri.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, empati berarti perasaan dimana kita ikut merasakan dan memahami orang lain. Atau lebih gampangnya empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena di sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang

Rasa empati pada seseorang harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya. Misalnya saja mungkin yang terjadi pada diri saya atau anda pada waktu mengikuti perkuliahan di kampus, kita mungkin sering mengabaikan dosen yang menerangkan suatu mata kuliah tertentu dan asyik ngobrol dengan teman di sebelah kita karena mungkin kita merasa tidak mengerti apa yang dijelaskannya. Tapi, pernahkah kita berpikir bagaimana ya kalau kita menjadi dosen dan semua mahasiswanya ramai sendiri. Bagaimana perasaan kita??

Banyak segi positif bila kita berempati. Kita akan agresif dan senang membantu orang lain. Karena empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu pada orang yang kurang mampu.

Rasa empati dapat kita lakukan asalkan kita mau, kapan saja dan dimana saja kita berada. Kita harus membiasakan dari hal-hal yang sederhana. Contoh ketika kita sedang makan dan di samping kita ada orang, maka kita coba untuk menawarkan makanan itu kepadanya (walaupun kita cuma nawarin saja) tapi dengan begitu kita biasa berbagi dan peduli pada orang lain.

Mungkin hal-hal berikut ini dapat membantu kita untuk menumbuhkan rasa empati itu :

  1. Jangan selalu berpikir "Mengapa sih kita harus berempati?" tapi kita harus berpikir "MENGAPA TIDAK KITA HARUS BEREMPATI, TOH NGGAK MERUGIKAN".

  2. Jangan merasa derajat kita lebih tinggi dari orang lain, tetapi selalu ingat bahwa kehidupan itu seperti roda, kadang kita di atas, kadang kita di bawah.

  3. Jangan kita memberikan perhatian atau bantuan hanya kepada orang yang menurut kita akan menguntungkan kita saja.

  4. Janganlah selalu jalan-jalan ke mal, cobalah jalan-jalan ke tempat di mana banyak orang susah yang berkumpul di sana. Dengan itu kita akan melihat ada sisi lain dari kehidupan manusia.

  5. Selalu tebarkan senyum kepada orang lain tapi jangan kebanyakan. Jadi sebagai makhluk sosial sangatlah penting bagi kita untuk memiliki rasa empati kepada orang lain. Jadilah emas dimanapun kita berada, bila kita memang emas.

  6. Dengarkan curhat. Biasakan mendengarkan curhatan atau cerita orang sampai habis dan penuh perhatian. Semakin banyak mendengar cerita, masalah dan perasaan orang lain maka perasaan kita akan semakin kaya dan pada akhirnya bisa semakin tahu cara memahami masalah dan perasaan orang lain.


Hal berikut ini dapat mendorong kita melakukan hal nyata yang menunjukkan bahwa kita ber-empati :


  1. Apa akibatnya.
    Coba pikirkan perilaku dan perkataan kita ke orang lain sebelum kita melakukannya atau mengucapkannya. Apakah akan menyakitinya, apakah cukup bijak, dll.

  2. Adil.
    Jangan menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri merasa atau tidak mau melakukannya. Misal menyuruh orang lain untuk berjualan door to door padahal kita sendiri malas melakukannya, maka jangan menyuruh seperti itu.

  3. Beri bantuan.
    Bari aksi nyata dengan menanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu seseorang. Jika tidak bisa memberikan apa yang diminta, cari alternatif lain atau menanyakan apakah ada orang lain yang juga bisa ikut membantu.


Marilah kita asah selalu rasa empati kita. Bukan bermaksud riya bahwa kita telah memilikinya dan kita berjiwa sok sosial, namun siapa tahu suatu saat kitalah yang mengalami posisi yang sama sulitnya dan tanpa disangka karena kita sudah ber-empati maka akan ada yang ber-empati balik tanpa kita harapkanpun.

Semakin lama semakin sulit mendapatkan ketulusan, semakin lama semakin mahal untuk mendapatkan kepercayaan dan rasa saling mengerti serta tak menghargai apa yang berada di dalam sanubari tiap manusia. Tidak usah kita menyalahkan orang lain tetapi cobalah tanya ke dalam diri kita, masih adakah rasa empati itu dalam diri kita?!

Mampir yuk ke : http://erwin-arianto.blogspot.com

--
Best Regard
Erwin Arianto,SE

Milis Eramuslim
Dikirim oleh: Erwin Arianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar