Tidak sedikit terjadi kasus pencabulan. Penyesalan tinggalah
penyesalan, keperawanan hilang direnggut orang.
Meski belum menjadi seorang ayah, tapi saya merasa sedih,
lebih menyedihkan lagi ini dilakukan karena suka sama suka mengatasnamakan
cinta. Ditambah lagi tidak sedikit orangtua zaman sekarang merasa bangga ketika
anaknya berpacaran.
Tak jarang kita melihat sepasang remaja berboncengan mesra.
Si cewek merangkulkan tangannya ke perut cowoknya dengan manja. Begitu rapatnya
tubuh mereka saling menempel atau yang dikenal dengan istilah “nyendok”. Entah
apa yang mereka rasakan. Padahal, mereka notabene masih palajar dan bukan
muhrim.
Di jalan, kafe, taman, swalayan, dan di acara hiburan, banyak
bertebaran pasangan kekasih yang sedang asyik menikmati kebersamaannya. Seakan
dunia milik mereka berdua. Begitu asyik, begitu mesra, begitu menghayutkan,
tidak ada sekat jarak antara keduanya. Layaknya sudah halal bersentuhan bahkan
berhubungan badan. Masya Allah.
Rasa penasaran melihat
teman-teman remaja berpacaran yang begitu mesranya membuat saya iseng bertanya,
sejauh mana aktivitas pacaran mereka. Sembilan puluh Sembilan persen teman-teman
mengakui sudah pernah melakukan hubungan intim dengan pacarnya, pacar temannya,
bahkan temannya. Sudah banyak cerita pelajar SD hingga SMA tidak ikut UN karena
hamil. “Mumpung masih muda wal,”
begitu ucapnya. Astagfirullah.
Inikah namanya cinta? Inikah pacaran yang begitu mendewakan
kebebasan? Entah apa yang melandasi perilaku mereka, kebanggaankah? Kepuasan?
Biar dianggap gaul? Takut dianggap ndeso? Ataukah suatu hobi? Karena
begitu mudahnya gonta-ganti pasangan.
Inikah pacaran era modern? Di mana bila dua anak manusia
sudah sepakat untuk menjadi kekasih, berarti harus bersedia untuk saling
memberi dan menerima terutama yang bersifat fisik. Saya tidak tahu, apakah
orangtua tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Anehnya ada orangtua yang bangga
anaknya berpacaran, saat dijemput pacarnya, bahkan mengatakan “Kaya nggak
pernah muda saja”, “jangan pulang malam-malam ya nak, sampai pukul 22.00 saja”.
Wow.
Biasanya model pacaran seperti ini, banyak putusnya daripada
nyambungnya menuju mahligai rumah tangga. Karena kalau sudah “merasakan”,
apalagi yang “inti” itu, biasanya yang terjadi selanjutnya ya goodbye alias cari yang lain dong.
Saya teringat waktu masih kecil. Bila ada sepasang muda-mudi
sedang kasmaran, biasanya disembunyikan jangan sampai orang lain tahu. Jika
ingin jalan-jalan, minta izin dulu pada orang tua si perempuan. Tanpa telepon-teleponan
atau SMS-SMS-an, paling banter bersurat-suratan. Jika sedang berduaan seakan
ada pembatas di antara keduanya. Jangankan untuk membelai apalagi mencium, memegang
tangan saja mereka seakan takut. Tapi sekarang sebaliknya, terang-terangan, dan
bangga dengan kemaksiatan.
Salah kaprah dalam bercinta tatkala adab-adab bergaul antara lawan
jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi
tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam
ikatan maut yang dikenal dengan “pacaran“. Allah SWT telah mengharamkan berbagai aktivitas
yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. (Baca QS. Al-Isra’:32)
Pintu apalagi yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang
perzinaan melebihi pintu pacaran? Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah
menetapkan untuk anak Adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya.
Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara,
sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan
membenarkan atau mendustakannya. ” (HR Bukhari & Muslim)
Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang
memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis,
maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua
kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Ya, inilah yang saya sebut dengan “Kunci
Cabul”.
Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan
bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembut kan suara di
hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan
membayangkan keadaan pacarnya?
Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya
penyesalan tinggallah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali
sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai.
Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya. Iblis, sang penyesat
ulung tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan
sebagian manusia sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki
atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya
Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. (baca
QS. Shaad: 82)
Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk
menyesatkan manusia adalah wanita. (baca HR Bukhari & Muslim)
Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan
menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi
Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS
atau yang lainnya.
Ungkapan ini bukan tanpa alasan, saya termasuk orang yang
pernah berpacaran, baik pacaran jarak jauh, jarak dekat, dan yang Islami
sekalipun, tapi Alhamdulillah masih bisa jaga diri. Jelas dari ketiga jenis
pacaran itu tidak ada yang benar. Sayangnya orangtua juga tidak melarang
anaknya berpacaran malah medukung. Melarang mungkin bukan cara yang efektif,
karena kenyataan anak tetap berpacaran secara diam-diam atau akrab disebut backstreet. Cara yang efektif anak harus dipahamkan dan
diberikan benteng yang kuat berupa ilmu agama. Jangan sampai anak mengenal
pergaulan bebes dari orang yang salah. Sedikit mengutip kata-kata Mario Teguh,
menurutnya seorang anak itu harus dekat dengan orangtuanya dan terus diberikan
bimbingan hingga ia lulus SMP, setelah itu anak dapat memilih mana yang baik
dan mana yang buruk. Saya percaya meski sekuat dan seketat apaun orangtua
melarang anaknya pacaran tanpa diberikan pemahaman dan ilmu agama yang cukup
diibaratkan benteng berupa tembok pasti dapat ia lewati. Namun jika seorang
anak diberikan pemahaman dan ilmu agama yang cukup meskipun hanya pagar benang,
pagar itu tidak akan pernah putus.
Bagi para remaja, berpacaran boleh saja tapi setelah menikah
saja. Hehehe. kita boleh berdoa agar mendapatkan jodoh yang cakep, pintar,
kaya, shaleh/shalehah. Tapi yang yang pertama harus kita lakukan bukanlah
mencari siapa dan di mana dia saat ini, tapi memantaskan diri untuknya. Jika
keimanmu tidak setanding dengan keimanannya, pegang janji Allah bahwa wanita
baik-baik hanya untuk laki-laki baik-baik dan sebaliknya. semoga bermanfaat. (ahyar@beraupost.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar