Psikologi Perkembangan Bab I
BAB I
OBJEK DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1.1. Pengertian Perkembangan
Sebelum
membahas tentang perkembangan, apa yang Anda fikirkan tentang maksud
dari perkembangan tersebut. Sering kita mendengar istilah bahwa
perkembangan dan pertumbuhan diartikan sama. Tetapi apakah pemikiran
tersebut benar. Sebelum kita menarik kesimpulan tentang hal tersebut,
mari kita pahami tentang pengertian perkembangan dan pertumbuhan menurut
para ahli.
Perkembangan
merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan
terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi ( Santrok Yussen.
1992). Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya
individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung
sampai ahir hayat yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri
individu.
Perkembangan
merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian
perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ).
Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang
terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan
pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat
diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
Perkembangan
mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda
dari sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23), menandung arti bahwa perkembangan
merupakan peubahan sifat indiviu menuju kesempurnaan yang merupakan
penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.
Dari
pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
perkembangan yaitu merupakan perubahan individu kearah yang lebih
sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai ahir
hayat dan berlangsung secara terus menerus. Sebagai contoh anak yang
baru berusia 5 bulan hanya dapat tengkurab kemudian setelah kira-kira 7
bulan sudah bisa berdiri tapi dengan bantuan orang lain, kemudian pada
umur 9 bulan baru dapat berdiri sendiri dan mulai berjalan sedikit demi
sedikit. Setelah berumur 10 bulan baru dapat berjalan dengan lancar,
setelah itu dia dapat berlari-lari.Mka proses perubahan tarsebut
dinamakan dengan perkembangan.
Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai
pribadi. Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang
lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan
menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali (Werner, 1969).
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan teteap
yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih
tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar.
Suatu definisi yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut:
“Perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual dan terwujud.
1.2. Psikologi Kepribadian dan Psikologi Perkembangan
Pemakaian istilah kepribadian
menimbulkan permasalahan baru, yaitu karena teori mengenai kepribadian
ada bermacam-macam. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian tersebut
merupakan suatu pengertian yang dapat diartikan bermacam-macam pula.
Hermann (1969) berpendapat bahwa pengertian keoribadian merupakan suatu
konstruk teoritis yang sangat kabur definisinya. Oleh karena itu menurut
Hermann lebih baik definisinya diberikan sesudah dilakukan penelitian
lebih lanjut dari pada diberikan sekarang.
Menurut Thomae(1968) ada suatu persamaan pendapat, yaitu bahwa setiap
pribadi mempunyai cirri-cirinya yang khas. Tidak ada satu orangpun yang
mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang lain: setiap orang
adalah pribadi yang khusus. Di samping itu juga ada suatu stabilitas
dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas
pribadi. Meskipun ada perubahan yang dialami seseorang, pada dasarnya
orang tadi tetap mewujudkan pribadinya sendiri.
Menurut Pawlik (lihat Anhagen, 1994) harus diadakan
pemisahan antara psikologi kepribadian dan psikologi diferensial.
psikologi kepribadian meneliti sifat-saifat perasaan dan tingkah
lakukeseluruhan yang berbeda dengan orang-orang lain. Psikologi
diferensial sebaliknya meneliti perbedaan dalam perasaan dan tingkah
laku serta sebab-sebab perbedaan itu. (Anhagen, 1994, h.394). psikologi
kepribadian meneliti keseli\uruhan strktur individu.
Hasil penelitian dalam psikologi selama berpuluh-puluh
tahun menghasilkan model lima factor, yaitu kelima factor kepribadian
yang terkenal dengan pengertian “The Big Five”. Factor-faktor itu
dirumuskan sebagai hal yang dipandang mempunyai dua pool yang
bertentangan satu sama lain, yaitu ekstrovert-introvert, menyenangkan
tidak-menyenangkan, teliti-tidak teliti, stabil dalam emosi-tidak
stabil, dan kaya akan ide miskin akan ide (lihat kohnstamm), 1992;
Kline, 1994).
Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan factor-faktor
yang umum yang mempengaruhi proses perkambangan yang terjadi di dalam
diri pribadi yang khas itu. Titik berat yang diberikan oleh para ahli
psikologi perkembangan adalah pada relasi antara kepribadian dan
perkembangan. Hal itu disebabkan oleh pendapat bahwa keseluruhan
kepribadian itulah yang berkembang, meskipun beberapa aspek lebih
menonjol pada masa-masa perkembangan tertentu, misalnya perkembangan
fungsi indera dan fungsi motorik lebih menonjol pada tahun-tahun
pertama.
1.3. Teori-teori Perkembangan
Marx (1963) membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang
dimaksud ini berhubungan dengan data yang empiris. Dengan demikian dapat
dibedakan antara:
a. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan.
b. teori yang deduktif:
cara menerangkan adalah dari data kearah teori. Dalam bentuk ekstrim
titik pandang posotivistis ini dijumpai pada kaum behaviorist.
c. teori yang fungsional:
di sini Nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoretis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori kembali mempengaruhi
data.
Berdasarkan tiga pembagian ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut:
a. Teori
menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum
ini biasanya mempunyai sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
menunjukkan suatu hubungan antara variable-variabel empiris yang
bersifat ajeg dan dapat diraal sebelumnya.
b. suatu
teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empirisdalam suatu bidang tertentu.
c. suatu
teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional
antara data dan pendapat yang teoretis.
Suatu
model tidak boleh di uji kebenarannya seperti halnya siatu teori. Model
sedikit banyak dapat digunakan untuk melukiskan atau menerangkan
gejala-gejala tertentu. Untuk menerangkan model deficit, baiklah kita
tinjau model deficit Charlotte Buhler yang berorientasi pada biologis.
Menurut Buhler (1893-1974) ada lima tingkat perkembangan psikis seseorang :
a. Permulaan
b. Penanjakan
c. Puncak masa hidup:25-50 tahun
d. Penurunan
e. Akhir kehidupan
Menurut Buhler, maka dalam perkembangan fisik ada empat titik balik yang menentukan:
a. Permulaan kemasakan seksual: pada anak laki-laki kurang lebih 15 tahun, pada anak wanita kurang lebih 13 tahun
b. Penghentian pertumbuhan jasmani: wanita kurang lebih 18 tahun, laki-laki kurang lebih 25 tahun
c. Akhir masa subur: wanita kurang lebih 40-46 tahun, laki-laki masih tanda Tanya
d. Permulaan kemunduran biologis kurang lebih 50 tahun
e. Kriteria titik balik ini selalu merupakan proses biologis
1.3.1. Teori yang berorientasi biologis
Teori
ini menitikberatkan pada apa yang disebut bakat, jadi factor keturunan
dan konstitusi yang dibawa sejak lahir. Perkembangan anak dilihat
sebagai pertumbuhan dan pemasakan organism. Perkembangan bersifat
endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja,
melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang
telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi(genotype).
Dalam
arti yang ketat ini maka berbagai variasi teori ini hampir tidak diakui
lagi. Kelemahan teori ini Nampak dalam penelitian anak-anak kembar.
Anak kembar yang identik(satu telur) yang dibesarkan dalam
milieu(lingkungan) yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang
berbeda pula. Perbedaan dalam perkembangan dua anak tadi tidak dapat
diterangkan melulu sebagai reaksi mereka terhadap banyak sedikitnya
kehangatan yang diterima, atau melulukarena banyak sedikitnya pendidikan
formal yang dialami. Anak bukan merupakan makhluk reaktif belaka,
melainkan ia juga secara aktif mencari dan menemukan kesempatan sendiri
untuk mengembangkan pribadinya.
1.3.2. Teori Lingkungan
Dalam kelompok teori lingkungan(atau teori milieu) termasuk teori
belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam
teori ini sebetulnya sama karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu
bentuk belajar sosial. Hal ini juga berlaku bagi enkulturasi, yaitu
memperoleh tingkah laku kebudayaan sendiri , yang banyak ditulis oleh
ahli antropologi budaya, seperti Benedict(1934), Kardiner(1945), Mead
(a.l. 1953).
Menurut teori ini maka perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk
bertingkah laku.misalnya berikut ini cara belajar yang berlainan,
belajar berjalan adalah cara belajar sensori-motorik, belajar bergaul
termasuk belajar sosial, dan berpikir logi termasuk belajar kognitif.
Seseorang yang telah menguasai pelajaran ketiga hal ini dan tingkah
laku-tingkah laku yang lain,dipandang sebagai “orang yang telah
berkembang”
1.3.3. Teori Psikodinamika
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan
akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan (milieu)
primer, terhadap perkembangan. Perbedaanya adalah bahwa teori
psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat
fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang. Menurut teori
ini, maka komponen yang bersifat sosio-afektif, yaitu ketegangan yang
ada dalam diri seseorang, sebagai penentu dinamikanya.
Menurut salah satu teori psikodinamika terkenal, yaitu Freud, maka
seorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan (energy) biologis,
yaitu libido dan nafsu mati. Kekuatan atau energy ini “menguasai” semua
orang atau semua benda yang berarti bagi anak, melalui proses yang oleh
Freud disebut kathexis. Kathexis berarti konsentrasi energy psikis
terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik, atau terhadap suatu
person yang spesifik.
Erikson (1964) meluaskan teori Freud yang agak menyebelah ini dengan
mencoba meletakkan hubungan antara gejala psikis dan edukatif di satu
pihak dan gejala masyarakat-budaya di pihak yang lain. Suatu kehidupan
bersama ditandai oleh cara anak diasuh dalam lingkungan hidup mereka
yang wajar. Misalnya sebagai contoh Erikson mencoba mengartikan cara
pendidikan orang Amerika dan pentingnya peranan ibu dalam menciptkan
“home” di rumah, khususnya dalam waktu banyak pionir sedang pergi jauh
keluar dari lingkunganya sendiri.
1.3.4. Teori Kerokhanian
Tokoh
yang paling utama dalam teori ini adalah Eduard Spranger (1882-1962).
Titik berat pandangannya adalah pada kekhususan psikis individu. Sesuai
dengan pendapat Dilthey 91833-1911) Spranger mengemukakan bahwa gejala
psikis seseorang sulit diterangkan seperti halnya menerangkan gejala
fisik. Mungkin hal itu dapat dilakukan trhadap gejala fisiologis yang
timbul misalnya pada permulaan pemasakan seksual (masa pubertas).
Di
negeri Belanda maka Langaveld (1959), Calon (1953) dan Beets (1954) di
pandang sebagai wakil aliran ilmu kerohanian yang bersifat antropologis.
1.3.5. Teori Interaksionisme
Teoretikus yang terkenal dalam interaksionalisme adalah Piaget (1947).
Pendapatnya agak menyebelah karena Piaget hanya mementingkan
perkembangan intelektual dan perkembangan moral yang berhubungan dengan
itu. Di sini moral dipandang sebagai berhubungan dengan intelektual
anak.
Inti pengertian teori Piaget adalah bahwa perkembangan harus dipandang
sebagai kelanjutan ganesa-embrio. Terlaksananya perkembanagan ini
dipengaruhi oleh berbagai acam factor. Pertama dapat disebut factor
pemasakan yang mmungkinkan dilakukannya aktivitas seseorang. Pengaruh
yang lain datang dari pengalaman dan transmisi sosial.
Menurut pandangan yang ekologis maka perkembangan dalam arti kata
hubungan yang timbale balik selalu berupa interaksi antara bakat dan
lingkungan. Dalam proses perkembangan dibedakan adanya tiga macam hasil
interaksi genotype dan lingkungan.
a. Hasil interaksi genotipe-lingkungan yang bersifat pasif, yang timbul karena orang tua memberikan lingkungan yang sesuai dengan bakat mereka sendiri.
b. Hasil interaksi genotipe-lingkungan yang bersifat ekovatif yang timbul karena anak-anak dengan bakat yang berbeda-beda menimbulkan berbagai macam reaksi terhadap lingkungan sosialnya.
c. Hasil interaksi genotipe-lingkungan yang bersifat aktif, yang timbul karena seseorang memilih lingkungan yang cocok dngan pribadinya sendiri(Spiel 1994).
1.3.6. Teori Perkembangan dan Pendidikan: Teori mengenai tugas-tugas perkembangan
Havighurst mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh
adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhitugas ini dalam batas
tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang. Havighurst
menyebutkan sebagai tugas perkembangan yaitu tugas yang harus dilakukan
oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat
dan norma kebudayaan. Hasil penelitian yang baru merubah sedikit
pendapat Havighurst dalam arti bahwa para remaja (amerika) memang
terutama melaksanakan tugas perkembangan yang khas umurnya. Konsep diri
(self-concept) dan harga diri (self-esteem) akan turun bila seseorang
tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, karena orang
tersebut akan mendapat kecaman dan celaan masyarakat kaliling.
Beberapa catatan yang masih dapat dikemukakan di sini ialah pertama
bahwa pengertian masa dewasa muda menurut Havighurst mengandung
pengertian yang lebh luas dari pada yang biasanya diberikan.
Catatan kedua adalahaqbahwa kesejahteraan dan kebahagiaan hanya
sebagian saja dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya melakukan tugas
perkembangan.
Catatan ketiga adalah bahwa pendidikan banyak ditentukan oleh kebudayaan suatu bangsa.
Catatan keempat berhubungan dengan pasal yang akan datang. Havighurst
menitikberatkan pada pengaruh kebudayaan dan masyarakat terhadap
beberapa tugas perkembangan tertentu
1.3.7. Psikologi Perkembangan dan Pengertian Emansipasi
Dalam
bagian ke tiga buku “Inleiding tot de Psychologie” (1961) dan juga
dalam publikasi tersendiri, Lavangedmenggunakan istilah prinsip
emansipasi sebagai pengertian psikologi perkembangan. Dibandingkan
dengan prinsip eksplorasi yaitu masuknya anak secara aktif ke dalam
dunia luar, maka prinsip emansipasi adalah “anak ingin mewujudkan
dirinya sendiri”.
Emansipasi
meruakan suatu proses dalam perkembangan yaitu, untuk belajar
mengaktualisasikan diri bersama-sama dengan orang-orang lain yang ada
dalamsituasi yang sama. Aktualisasi diri tersebut mengandung arti
menunjukkan diri sebagai pribadi-pribadi yang khas. Hal ini dilakukan
dengan melepaskan diri dari ikatan yang membuat mereka menjadi kelompok
yang mengalami diskriminasi.
1.3.8. Pandangan dalam Tulisan ini
Para penulis berpendapat bahwa faham yang interaksionitis, teori
mengenai tugas-tugas perkembangan, dan teori mengenai emansipasi adalah
yang paling tepat untuk menerangkan dan mengerti perkembangan seseorang.
Menurut Hill, maka teori perkembangan harus memenuhi empat persyaratan, yaitu bahwa;
a. Kontinusi dan diskontinusi dalam perkembangan hanya dapat dimengerti dalam rangka perjalanan hidup sebagai keseluruhan.
b. Pengertian-pengertian dapat diterapkan baik terhadap perubahan pada pribadi maupun pada lingkungan.
c. Teorinya bersifat interaksionitis.
d. Tingkah laku selalu dinilai sabagai fungsi factor pribadi, maupun factor situasional.
1.4. Metode Psikologi Perkembangan
Dalam tulisan ini pembicaraan mengenai metode hanya dimaksudkan untuk
memberikan sekedar pengertian bagaimana para psikolog perkembangan
melakukan tugas mereka.
Dapat pula dibedakan antara pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik.
1.4.1. Pendekatan yang umum
Pendekatan
yang umum ini dibedakan antar dua kelompok: kelompok yang satu
memberikan lebih banyak data mengenai keseluruhan perkembangan atau
beberapa aspeknya, kelompok yang lain meninjau apa yang dipengaruhi oleh
factor bawaan atau apa yang dipengaruhi oleh factor lingkungan,
khususnya factor kebudayaan.
1.4.1.1. Metode Longitudinal vs. transversal
Yang dimaksud metode longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam
jangka wktu yang lama, misalnya menikuti perkembangan seseorang dari
lahir sampai mati,atau mengikuti perkembangan seseorang dalam sebagian
waktu hidup. Keuntungan metode longitudinal ini ialah bahwa suatu proses
perkembangan dapat diikuti dengan teliti. Tetapi kerugiannya adalah
bahwa penyelidik sangat tergantung pada orang yang diselidiki tersebut
dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sebaliknya dengan metode transversal atau metode kros seksional
diselidiki orang-orang/kelompok orang dari tingkatan usia yang
berbeda-beda.
1.4.1.2. Pendekatan Lintas-Budaya
Benedict
(1934), Kardiner (1945) dan Mead (1958) dapat menunjukkan bahwa
penghayatan kemasakan seksual dalam masa remaja sangat dipengaruhi oleh
perlakuan dan norma yang ada dalam suatu kebudayaan tertentu.
Diskrepansi antara kemasakan seksual dan tingkah laku seksual sangat
tergantung pada norma yang berlaku pada kebudayaan tadi. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya berbagai penelitian untuk membandingkan
orang-prang dari usia yang sama tetapi hdup dalam alam budaya yang
berbeda-beda.
1.4.2. Metode Spesifik
Dibedakan antara metode eksperimental dan non eksperimental
1.4.2.1 Metode Eksperimental
Metode
eksperimental dapat dibedakan antara eksperimen murni dan eksperimen
lapangan. Perbedaan antara keduanya tersebut ada dalam tingkat
kemungkinannya dalam mengerti hubungan antara factor-faktor tertentu
dengan gejala-gejala perkembangan. Pada eksperimen murni maka kontrol
terhadapsituasi lebih dapat dilakukan dengan baik; dengan demikian
hubungan antara suatu variabel dengan suatu gejala perkembangan lebih
dapat ditentukan. Eksperimen lapangan bertitik tolak dari situasi
kehidupan nyata.
1.4.2.2 Metode Non-Eksperimental
Suatu
eksperimen dimaksudkan untuk membuat setinggi mungkin nilai objektif
data yang diperoleh. Metode klinis berbeda daripada metode eksperimental
tidak hanya dalam hal kecermatan cara mengadakan registrasi, yaitu
dalam hal pengumpulan dan pencatatan data, melainkan terutamadalam hal
representativitas sampel.
1.5. Paradigma Multraid-Multitheod
Ada tiga macam unsure yang dapat dicatat:
a. Variasi, yaitu perbedaan yang timbul dalam factor yang diukur sendiri
b. Variasi pada hasil pengukuran disebabkan oleh kesalahan pada cara pengukurannya.
c. Variasi yang timbul karena kesalahan yang tak terduga dalam pengukuran
Korelasi
yang diketemukan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
mempunyai arti sebagai berikut (bandingkan Ferguson, 1966):
a. Korelasi antara pengukuran yang berulang dengan alat pengukur yang sama terhadap salah satu variabel yang sama.
b. Korelasi antara hasil pengukuran dengan alat pengukur yang berbeda terhadap salah satu variabel yang sama.
c. Korelasi anatara pengukuran dua variabel yang berbeda.
d. Korelasi
yang terakhir adalah korelasi antara satu variabel diukur dengan satu
alat pengukur tertentu dan variabel lain diukur dengan alat ukur yang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar